Sabtu, 02 April 2016

Spring 2016 Anime Watch List

Nggak terlalu banyak anime yang saya nikmati beberapa waktu belakangan ini, jadi saya menghabiskan waktu liburan saya dengan rewatch anime SAO dan K-Project, tapi setelah saya browsing internet, saya menemukan beberapa anime baru yang mungkin akan saya nikmati.

Dan inilah empat anime yang akan saya ikuti selama beberapa waktu ke depan. Urutannya sesuai dengan anime yang paling saya tunggu-tunggu.

1. Boku no Hero Academia (My Hero Academia)
http://cdn.myanimelist.net/images/anime/10/78745.jpg

Pertama tahu anime ini dari manga-nya, waktu saya lagi browsing manga bagus di Mangapark. Banyak status di dashboard IG saya (silakan follow saya @hanako_sakamaki kalo ada yang mau *promosi*) yang bilang kalo anime-nya bakalan keluar bulan April, jadi saya penasaran dan memutuskan untuk coba baca.

Dan saya suka banget.

Sekilas saya mikir konsep ceritanya hampir sama dengan One Punch Man, dengan adanya keberadaan pahlawan dengan kekuatan super, dan ada juga sebuah organisasi khusus untuk para 'Hero'. Perbedaannya kalau di BnHA, organisasinya adalah sekolah Yuuei.

Beberapa perbedaan OPM dan BnHA lain adalah di OPM hanya segelintir orang saja yang punya kekuatan spesial sebagai Hero (ambil contoh Licenseless Rider yang cuma manusia biasa tapi Rank 1 di kelas C), sedangkan kalau di BnHA, 80% populasi manusia di dunia punya kekuatan super, tapi tidak semua memutuskan untuk jadi Hero.

Karakter utamanya, Midoriya 'Deku' Izuku, termasuk 20% dari mereka yang tidak punya kekuatan -atau disebut juga Quirk- sehingga ia sering direndahkan teman-temannya. Meski begitu, Deku tetap berusaha mencapai impiannya sebagai Hero. Pertemuannya dengan Hero no. 1 All Might mengubah takdirnya sebagai seorang "Quirk-less".

Kira-kira begitu sinopsis dari anime ini. Saya ga mau nge-spoil banyak-banyak, tapi bagi para fujo dan fudan, saya harap kalian bisa menemukan hints-hints di manga maupun animenya.

Contohnya saya yang ngeship Deku sama Kacchan atau Todoroki.

2. Kiznaiver
Kiznaiver

Menurut MyAnimeList, anime ini sudah on-air sejak tanggal 27 Maret, tapi saya belum menemukan waktu yang tepat untuk menontonnya (atau lebih tepatnya saya terlalu pelit sama kuota Bolt saya '-')

Alasan terbesar saya yang membuat saya memasukkan anime ini ke dalam daftar watch list saya adalah studio yang memproduksi anime ini. Anime ini diproduksi oleh studio yang sama dengan pembuat anime Kill la Kill, Studio Trigger. Mengingat kesuksesan mereka dengan anime yang setengah episodenya diisi oleh cewek-cewek setengah telanjang yang saling bertarung itu, saya berani mengatakan, Kiznaiver akan sama serunya dengan Kill la Kill.

Setting-nya berlatar di sebuah kota fiksional bernama Sugomori City, yang jumlah populasi manusianya menurun drastis. Karakter utama Katsuhira Agata, cowok yang minim ekspresi, suatu hari mendapatkan info mengejutkan dari teman sekelasnya, Noriko Sonosaki, bahwa ia terpilih menjadi salah satu dari Kiznaiver.

3. Sakamoto Desu ga?


Sakamoto desu ga?

Kalau saudara-saudari fujo dan fudan belum baca manganya, saya perintahkan kalian untuk baca SEKARANG. Sumpah kalian akan ngakak.

Manganya sendiri juga sudah tamat pada volume yang ke-4, dan salah satu penerbit juga sudah menerbitkan manga ini di Indonesia. Anime ini menceritakan tokoh Sakamoto (yang bahkan nama depannya juga tidak diketahui) yang selalu sempurna dalam berbagai hal. Primadona di sekolahnya yang diidolakan cewek-cewek dan dibenci hampir semua cowok-cowok, tampaknya si cowok megane ini selalu bisa lolos dalam segala situasi dengan pesona dan kesempurnaannya.

Meskipun cowok megane masuk dalam daftar fetish saya terhadap ikemen, sejujurnya saya agak kecewa dengan desain karakter Sakamoto yang lebih terlihat seperti anak culun daripada ikemen. Mungkin kalau dia mengubah gaya rambutnya akan terlihat lebih tampan.

Tapi saya baca manganya bukan untuk menyegarkan mata, melainkan untuk bisa melepas rasa suntuk saya akan nilai rapor yang jeblok. Karena jujur saja, kesempurnaan Sakamoto ini terlalu absurd untuk diterima akal sehat.

4. Super Lovers

Super Lovers

Super Lovers ini saya tempatkan di peringkat 4 karena saya baru tau akan anime ini kemarin :v

Dari judul dan gambar di atas saja sudah pasti anime ini akan bergenre shonen-ai. Cerita yang sedikit klise, dengan Haru Kaidou, 'tachi' ganteng yang bertemu dengan adik angkatnya Ren Kaidou, si 'neko'. Mereka berdua berusaha menjalin hubungan keluarga harmonis yang tentu saja, para fujo dan fudan tau, ujung-ujungnya berakhir dengan hubungan cinta yang 'belok'.

Saya agak freak out ketika saya tau Ren baru umur 8 tahun di awal cerita, karena dari antara semua sub-genre di yaoi, saya paling anti dengan yang namanya 'pedofilia'. Saya benci banget dengan sub-genre itu, apalagi kalau digabung dengan genre 'rape'. Itu keterlaluan namanya. Dan saya bisa bernapas lega ketika tau adegan-adegan yaoi baru muncul ketika Ren sudah 16 tahun.

Demikian watch list saya untuk anime Spring 2016. Semoga saja subtitle inggrisnya bisa cepat keluar supaya saya ngerti dialog-dialog mereka.

Rabu, 09 Maret 2016

Cosplay: Sekadar hobi atau buang-buang duit?

Sekarang sahabat-sahabat fujoshi dan fudanshi jujur aja deh. Pernahkah kalian yang berniat atau yang sudah terjun ke dunia cosplay melihat banyak cosplayer yang terlihat sangat cocok dengan kostum mereka, tampak bisa memerankan tokoh Tifa Lockhart atau Shizuo Heiwajima (husband saya yg ketujuh) dengan tingkat kesempurnaan yang impossible?

Sedangkan kita sendiri di sini entah punya tubuh yang 'montok' atau wajah yang tidak memadai berusaha susah payah untuk menjadi karakter secantik Yuuki Asuna atau sekeren Yukihira Souma? (itu saya)

Ada kan? Pasti ada. Ngaku aja deh.

Cosplayer-cosplayer terkenal seperti Pinky Lu Xun, Ying Tze, Kaname, Richfield, dan yang kita para fujo dan fudan tau, Baozi Hana, terlihat sangat sempurna. Make-up yang perfect, kostum yang terlihat wah (kalau BaoHan yang wah itu 'performance' mereka ͡(° ͜ʖ ͡°) #IYKWIM), wajah dan tubuh sempurna. Tidak heran mereka punya banyak fans.


Ying Tze sebagai Kuro Usagi (source: google.com)
KANAME sebagai Eren Jaeger (source: google.com)

Pinky Lu Xun sebagai Lay Lay Cat human version (source: google.com)


Baozi Hana sebagai Tachibana Makoto (Baozi) dan Nanase Haruka (Hana) DEMI APA KAWAII BGT (source: google.com)
...izinkan saya untuk ber-fangirling sejenak karena gambar di atas.

Lihat? Mereka terlihat sempurna. Kostum mereka yang memiliki tingkat kedetilan luar biasa (terutama cosplaynya Ce Pinky), make-up yang tidak berlebihan namun memberikan kesan fresh, bentuk tubuh yang sangat ideal. Siapa yang tidak iri?

Saya pun juga tertarik memasuki dunia cosplay setelah melihat foto-foto mereka, dan juga dari ekskul sekolah. Iya, SMP saya punya ekskul cosplay, tapi sayang di SMA tidak ada T_T

Sebagai seorang anak SMP, dulu saya sangat naif. Anak kelas 7 yang berpikir cosplay terlihat sangat gampang dan menarik. Tinggal mengenakan kostum dan tau-tau banyak orang mengerubuti minta foto.

Sesimpel itukah? Tentu saja tidak.

Mengenakan kostum yang rumit dan sepatu boots berhak 12 cm itu bikin badan pegal.

Make-up yang harus tetap menempel di wajah selama berjam-jam itu bikin gerah.

Belum ditambah dengan properti yang harus dibawa. Kalau cuma cosplay Sasuke yang cuma bawa katana itu sih tidak masalah. Tapi kalau yang seperti ini?

Elesis dari MMORPG Elsword. Sekolah saya pernah bikin kostum ini, dan saya berani sumpah pedangnya 5 kilo

Bawa properti seberat itu dengan sepatu hak tinggi dan baju yang juga berat?

Perjuangan berat. Belum lagi wig yang panjang jadi lebih gampang kusut.

Kembali ke inti permasalahan kita, apakah cosplay hanyalah hobi, atau malah buang-buang duit?

Kalau menurut saya sih.... dua-duanya.

Jikalau cosplay yang simpel seperti Ai Enma dari Jigoku Shoujo atau Yandere-chan dari game Yandere Sim bisa dikatakan cuma sebagai hobi. Kenapa? Kita hanya perlu kimono gelap atau seifuku biasa, dan bagi kita yang berambut panjang tidak perlu mengenakan wig.

Intinya, kalau menurut saya, cosplay dikatakan sebagai hobi kalau tidak memakan duit banyak dan kostum yang ga ribet dan simpel. Bahkan ada beberapa orang yang tidak kurang akal, gaun hitam panjang, dan wig putih yang di-style sedemikian rupa, maka jadilah cosplay Mirajane dari Fairy Tail.

Tapi untuk beberapa kostum seperti Elesis di atas atau Lime dari Grand Chase, properti dan bahan-bahan yang dibutuhkan cukup banyak. Saya ketemu kostum Saber di toko aja harganya hampir 2 juta, gimana dengan kostum yang lebih ribet daripada itu?

Kostum dengan tingkat kedetilan luar biasa itu memang menarik dan bisa menjadi magnet para fotografer, tapi tolong, inget dompet juga. Jangan sampai kena kanker (kantong kering) gara-gara cuma pengen cari muka dengan kostum ribet.

Lain cerita ya kalau memang ingin ikut lomba cosplay dan emang serius mau menang.

Banyak juga kok cosplay yang bisa menjadi daya tarik tersendiri untuk para fotografer. Ambil contoh Umi Sonoda deh. Pasti banyak Loveliver yang kerubutin minta foto karena ngaku-ngaku itu waifu mereka.

Atau coba cosplay jadi Ayato Sakamaki atau Akashi Seijuuro. Kalau makeup bener dan flawless, mungkin banyak para jones wanita yang kerubutin.

Rabu, 17 Februari 2016

Otaku di kehidupan nyata: sampah masyarakat?



"Kamu suka anime ga?"

Salah satu teman dekat saya sering menanyakan ini saat pertama kali berkenalan. Tergantung jawaban dari orang tersebut, teman saya bisa memutuskan apakah orang ini pantas diajak berteman atau tidak.

Percaya atau tidak, saya agak sensitif dengan pertanyaan tentang anime dari orang yang tidak saya kenal baik. Kalau pertanyaan yang sama dilontarkan oleh orang asing, pasti saya tidak akan memberikan jawaban pasti. Mungkin saya hanya akan merespon dengan singkat.

Di Indonesia sendiri, istilah otaku tidak begitu banyak diketahui orang-orang awam. Masyarakat hanya mengenalnya dengan sebutan 'penyuka anime' atau mungkin 'penyuka kartun'. Saya akui, anime bisa dimasukkan ke dalam kategori kartun, tetapi saya yakin akan ada banyak kimo-ota yang menghujani saya dengan macam-macam hujatan tidak senonoh karena saya mengkategorikan anime dalam perahu yang sama dengan kartun.

Yang kemudian membawa kita ke pertanyaan 'apa itu kimo-ota?'

Sebelumnya mari kita bahas definisi dari otaku itu sendiri. Istilah otaku pada awalnya digunakan sebagai sebutan sopan untuk 'kamu' dalam bahasa Jepang. Tetapi lama kelamaan, istilah ini digunakan sebagai sebutan bagi saudara-saudari kita di luar sana yang memiliki obsesi berlebih untuk sesuatu hal.

Sebutan otaku sendiri tidak terbatas pada penyuka animanga saja. Orang-orang penyuka cosplay, penyuka kereta api atau yang terobsesi dengan idol (yang juga kita kenal dengan sebutan wota) juga bisa kita sebut otaku.

Kembali ke kata kimo-ota. Di dalam istilah otaku itu sendiri, beberapa saudara-saudari kita termasuk dalam kategori ini. Untuk definisinya, bisa dibilang kimo-ota adalah stereotip otaku dengan tingkat hirarki terendah. Mereka cenderung membawa semua hal-hal negatif yang dapat ditemukan di sebagian sisi gelap para otaku. Para hikikomori atau NEET bisa kita kategorikan di sini. Mereka jarang memperhatikan kebersihan mereka sendiri, pengangguran, bahkan ada yang cenderung bisa menjadi stalker.

Masih ingat dengan si mas ganteng ini?

Tsutomu Miyazaki.jpg
Tsutomu Miyazaki
Kita bisa menyebutnya sebagai salah satu contoh nyata kimo-ota. Buat kalian yang belum tau, Miyazaki dikenal juga dengan sebutan "The Otaku Murderer". Alasannya?

Membunuh 4 orang anak perempuan, kemudian ia melecehkan mayat-mayat mereka. Salah satu tangan anak perempuan yang dibunuhnya bahkan dimakan.

Kanibal? Mungkin. Psikopat? Bisa jadi. Serial-killer? Iya.

Lalu apa yang membuatnya dipanggil "The Otaku Murderer"? Apa hubungan seorang otaku dengan tragedi berdarah ini?

Usut punya usut, polisi yang menginvestigasi kasus ini menemukan beberapa CD film horor gore dan video-video sadis lain di apartemennya. Beberapa di antaranya adalah anime.

Dan disinilah anime dijadikan sebagai kambing hitam. Media massa dengan kejam mempersalahkan anime sebagai alasan Miyazaki bisa melakukan itu semua. Seakan belum cukup dengan pembunuhan yang dilakukan Miyazaki yang membuat nama otaku makin tercemar, media makin menyebarkan segala hal yang negatif tentang para otaku, yang membuat tingkat hirarki dan pamor saudara-saudari kita di luar sana makin terpuruk.

Tiba-tiba saja para otaku dipandang sebagai sampah. Para riajuu (sebutan untuk orang bukan otaku) memandang hobi mengoleksi figurin atau poster-poster terlarang dan tabu. Pandangan jijik akan kita terima apabila kita berkeliaran di jalanan sambil membawa kantong kertas dengan foto Umi Sonoda terpampang jelas di sana. Mereka akan memandang aneh kita yang bersemangat menenteng doujinshi melenceng dari Comiket.

Otaku Ini Kencan Dengan Dakimakuranya, di Dalam Kereta
Perlu keberanian ekstra bagi dia yang membawa waifu-nya berjalan-jalan seperti orang ini (source: jurnalotaku.com)

otaku pendapat jepang (4)
Bajunya bagus mas (source: jurnalotaku.com)

Dan meskipun kasus ini sudah lama ditutup -karena pada akhirnya Miyazaki dieksekusi mati, tetap saja ada beberapa orang yang masih menganggap para otaku adalah sampah masyarakat. Sampai sekarang.

Kalau saja tidak ada orang gila seperti Miyazaki. Kalau saja media massa tidak mengkritik para otaku dengan begitu pedas. Kalau saja tidak ada om-om mesum yang memiliki ketertarikan seksual terhadap karakter moe atau loli. Kemungkinan besar para otaku masih bisa menikmati hobi mereka tanpa perlu takut dicaci maki orang.

Mungkin.

Jadi tolong jangan bilang kalian adalah seorang otaku di Jepang secara terang-terangan. Itu adalah kelakuan yang sangat salah, dan jangan lakukan kalau kalian mau dicap orang aneh dan membuat hari kalian berantakan.

Just don't.


-18 Februari 2016